Senin, 08 Oktober 2012

WAWANCARA PENULIS BUKU


Nama Penulis             : Aip Badrujaman M. Pd
Profesi                         : Dosen Universitas Negeri Jakarta, jurusan Bimbingan Konseling
Awal mengajar            : Asisten Dosen pada tahun 2004, Awal jadi dosen dan mulai mengajar pada tahun 2006-sekarang
Membuat Buku            : 2008
Ada 4 Buku yang ditulis oleh Pak Aip diantaranya :
  1. Sosiologi untuk mahasiswa keperawatan
  2. Cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas
  3. Evaluasi program bimbingan konseling
  4. Penelitian tindakan dalam bimbingan komseling

Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan terhadap beliau, beliau menceritakan sedikit  pengalamannnya di dalam menulis buku. Ketika ia menulis buku pertamanya pada tahun 2008 dengan judul buku “ sosiologi untuk mahasiswa keperawatan” yang diterbitkan oleh transinfomedia pada tahun 2008. Buku keduanya yang berjudul “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” diterbitkan oleh penerbit yang sama dengan buku pertamanya yaitu traninfomedia pada tahun 2009. Buku ketiganya yang berjudul “evaluasi program bimbingan konseling” pada buku terbitan yang ketiga ini pak Aib berkerjasama dengan indeks untuk menerbitkan bukunya ini bukan lagi dengan transinfomedia, buku ini terbit pada tahun 2011. Dan terakhir bukunya yang keempat yang berjudul “penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling” pada buku keempat ini pak Aib berkerjasama dengan indeks untuk menerbitkan bukunya yang keempat ini. Buku yang keempat ini terbit pada tahun 2012. Pada buku pertama yang berjudul “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan” sebenarnya awal dari ketidaksengajaan. Karena, saat beliau sedang mengajar MK sosiologi  di ilmu keperawatan seorang penerbit melihat diktat yang beliau pergunakan dalam proses pembelajaran. Dan penerbit itu tertarik dan meminta beliau untuk menulis buku berdasarkan diktat yang penerbit lihat. Dan akhirnya muncul lah buku pertama beliau yang berjudul “sosiologi untuk mahasiswa keperawatan”.

Pada buku keduanya yang berjudul “cara mudah melakukan penelitian tindakan kelas” pada buku kedua ini beliau diminta untuk menyiapkan naskah untuk segera diterbitkan. Penerbit terus meminta dan menanyakan apakah sudah siap terbit. Lalu naskah tersebut dijadikan buku oleh penerbit.
Berbeda pada buku ketiga beliau yang berjudul “evaluasi program bimbingan konseling” karena pada buku ketiga ini penerbit tidak lagi berkerja sama dengan penerbit sebelumnya. Melainkan berkerjasama dengan penerbit baru yaitu Indeks. Dan menurut beliau kerjasamanya dengan penerbit baru ini hasilnya lebih bagus dari penerbit sebelumnya. Karena Indeks merupakan penerbit yang cukup dikenal salah satu profesor. Yaitu, Prof. Cony Setiawan pernah diterbitkan bukunya oleh Indeks ini.
Kalau pada buku ke empatnya yang berjudul “penelitian tindakan dalam bidang bimbingan konseling” ini jauh lebih mudah karena beliau sudah terbiasa dengan menulis naskah, dan karena beliau sangat senang untuk membagikan ilmunya jadi beliau bersedia untuk menulis naskah.
Setelah bercerita tentang bukunya dari yang pertama sampai yang keempat kelompok kami langsung menanyakan hal apa sajakah yang perlu diperhatikan dalam penulisan buku itu. Beliau menyatakan bahwa buku itu memiliki tiga kategori yaitu buku yang baik, buku yang cukup baik, dan pemula atau yang baru memulai menulis buku. Namun beliau lebih menjelaskan kepada kami mengenai buku yang masuk kategori baik. Buku kategori baik merupakan buku yang dihasilkan dari penelitian sang penulis, murni tanpa ada bantuan orang lain. Beliau juga berpendapat yang ditekankan dalam kategori buku yang baik itu adalah originalitas murni pemikiran kita sendiri, meskipun memang jika ada dari orang itu hanya sebuah pendamping. Maksudnya ialah tetap pikiran kita yang utama, jadi pikiran orang itu hanya untuk memperkuat pemikiran kita. Dan beliau menambahkan bahwa di Indonesia ini masih banyak buku yang masuk dalam kategori baik, karena masih banyak orang-orang yang berpengaruh di Indonesia ini yang belum biasa melakukan sebuah penelitian. Jadi paling yang diterbitkan itu bukan murni pemikiran dengan penelitiannya sendiri. Kemudian kategori buku selanjutnya ialah buku yang cukup baik, buku itu merupakan sebuah pikiran orang lain tetapi di ubah seakan-akan menjadi pemikiran sang penulis, jadi bahasa yang keluar adalah bahasa si penulis. Contohnya jika kita ingin menulis buku tentang pendidikan luar sekolah namun kita tidak punya pikiran dalam bidang itu. Tetapi kita mengetahui dari buku yang kita baca dari analisis orang dan kita ulang dengan bahasa kita.
Selanjutnya kategori buku yang terakhir yaitu buku kompilasi atau pemula. Contohnya jika kita mempunyai lebih dari 1 referensi lalu digabungkan menjadi satu. Itu yang dinamakan buku kompilasi. Buku dalam katagori inilah yang paling banyak di indonesia meskipun yang menulis tersebut beragam ada yang dokter ataupun profesor. Ia mengatakan bahwa buku

pertama yang ia tulis yang berjudul “sosiologi untuk Mahasiswa keperawatan” merupakan buku kompilasi (banyak kutipan),karena pada dasarnya itu ialah diktat, banyak kumpulan pikiran orang lain (kompilasi). Perbedaanya antara buku kompilasi dan buku yang menurut ia baik adalah secara teknis di dalam satu tulisan buku terdapat 10% kutipan dan seterusnya ialah pikiran penulis buku itu sendiri. Beda dengan buku kompilasi, di dalam satu tulisan buku sekitar 90% kutipan dan 10% nya lagi itu pemikiran si penulis itu sendiri.
Proses merupakan cara yang dapat kita jadikan acuan buat menulis buku yang baik. Banyak orang menganggap buku kompilasi (banyak kutipan) itu kurang layak di terbitkan. Menurutnya orang yang kurang berani dan takut menulis buku yang dikarenakan mereka takut bahwa nantinya pikiran mereka yang ditulis di suatu buku nantinya tidak layak di terbitkan.  Menulis buku itu merupakan interaksi akademik. Di dalam proses menulis buku itu jangan pikir bahwa buku yang berasal dari tulisan kita itu jelek. Karena kalau kita menunggu bahwa buku yang kita buat itu bagus maka kita tidak akan memulai menulis buku. Karena buku yang bagus itu kita tulis darinyang buruk atu belum sempurna.
Kesulitan atau kendala dalam menulis buku hal yang pertama beliau sampaikan ialah kita harus spirit berbagi pengetahuan yang di miliki. Berdasarkan atas pengalaman yang ia miliki ketika mengikuti seminar pelatihan ada seseorang yang membaca dan menanggapi tulisannya, beliau pikir tulisan yang kita anggap suatu yang yang biasa atau kecil tapi di mata orang bahwa tulisan kita itu sangat bagus dan jelas. Selanjutnya kesulitan yang biasa di hadapi ialah fokus atau mood didalam menulis buku itu sendiri. Mood itu berhubungan dengan kondisi psikologis kita karena jika kondisi prasarana kita kurang sudah optimal kita akan bisa menulis berpuluh-puluh buku di dalam sehari.  Beda ketika mood kita kurang baik, kita mau paksa dirikita untuk menulis pasti sangat sulit sekali mendapatkan ide yang akan kita tulis nanti di kertas. Faktor lainnya merupakan sarana dan fasilitas. Beliau mengatakan Ini yang saya alami di kampus. Di jurusan kurang tersedianya ruangan khusus untuk menulis dosen yang membuat karya. Banyak sekali ganguan yang saya alami ketika saya sedang menulis buku di jurusan, contohnya ketika saya sedang menulis buku ada ganguan teknis “Mati lampu” dan ganguan teknis lainnya  itu sering terjadi ketika saya menulis sering terjadi konslet listrik yang membuat hilangnya mood ide yang kita akan tulis. Hal ini beda ketika ia menulis buku di rumah, Beliau pun menambanhkan bahwa lebih banyak menulis buku atau menghasilkan karya-karya itu di rumah. Karena dibanding di jurusan sering terjadi gaguan teknis di rumah beliau mendapatkan kenyamanan sehingga ide yang ada di pikiran pun dapat di keluarkan dengan bebas dan sekreatif mungkin.

Kesimpulan yang kelompok kami ambil dari hasil wawancara yang telah kami lakukan terhadap Dosen Bimbingan Konseling yang telah menulis 4 buku ialah dalam penulis buku diperlukan ketenangan dan sarana prasarana yang menunjang agar ide yang dihasilkan dalam penulisan buku tersebut dapat diaplikasikan dan diterima oleh penerbit dan diperlukan juga kerjasama yang baik antara penulis dan penerbit. Penulis tidak mendapatkan masalah dalam penerbitan buku, karena penerbitlah yang mencari beliau. Penerbit tertarik dengan diktat yang beliau tulis saat mengajar di sekolah keperawatan.
Alasan penulisan : beliau dalam menulis buku-bukunya bertujuan ingin berbagi pengetahuannya. Karena menurut beliau banyak diluar sana orang-orang yang berilmu tetapi sulit untuk memberikan ilmunya kepada orang lain

Tidak ada komentar:

Posting Komentar